Telat.

Abdurrahman Wafa
2 min readFeb 19, 2024

--

Hari ini, Dosen sudah bersiap sejak pagi tadi. Rasa lelah mengurus keluarga disamarkan oleh senyumannya yang terlihat dipaksakan.

Hari ini pula Mahasiswa itu datang terlambat. Semalam dia habis berulah lagi, mengadu kepada langit perihal masalah hidup yang tidak adil.

Lewat beberapa menit, dia langsung terburu-buru masuk kelas melewati pintu belakang. Harap-harap cemas masih bisa mendapatkan presensi meski tau kalau itu sudah tidak mungkin.

Hening, kelas sepi tiada orang.

“Aneh, baru telat 15 menit padahal” batinnya sembari melihat jam tangannya sekali lagi. Memastikan kalau dia tidak salah waktu.

Dengan gusar Mahasiswa itu mengirimkan pesan singkat pada temannya. Menanyakan perihal sepinya kelas.

“Kelas kok sepi ya?”

“Udah telat bro, kelas selesai 30 menit yang lalu”

“Lahiya, dosennya dateng ga?”

“Dateng”

Mahasiswa itupun mengecek kembali jam tangannya. Panik. Barangkali dia salah lihat atau gimana.

Yak betul pemirsa, dia salah lihat. Dia sudah telat 2 jam.

Mahasiswa itupun lalu mencari kursi kosong. Dipilihlah yang paling ujung dekat jendela. Duduk termenung dengan menopang dagunya sembari menahan air mata.

Lain lagi dengan Dosen, beliau terlihat berjalan cepat tergesa-gesa menuju ke kelas. Dia memang sudah bersiap sedari pagi, namun ‘urusan’ di kedai kopi sangat amat menyita waktu sehingga membuat ia terlambat masuk kelas.

“Duh, 30 menit. Bisa tidak ya?” Keluhnya

Benar dugaannya begitu membuka pintu. Anak didiknya tak ada satupun yang datang. Namun, dia melihat ada seseorang di bangku ujung kelas. Kepalanya menghadap ke arah jendela sambil menopang dagu. Namun Dosen merasa tidak familiar dengan orang tersebut.

“Ah, paling salah masuk kelas” pikirnya

Dosen pun segera menghampiri Mahasiswa tersebut. Penasaran ingin berkenalan dengannya. Sekaligus melihat wajahnya.

Mahasiswa itu pun menoleh.

Diam. Hening sesaat.

Dosen menatap lurus Mahasiswa tersebut. Memastikan kalau dia tidak salah lihat.

“Mahasiswa itu…. Aku” batin sang Dosen.

--

--